The Art of Rembang, Cara Pemkab Lambungkan Produk UMKM Asli Rembang

31 July, 2018 Written by dewi Tagged as:

Bisnistoday – Pemerintah Kabupaten Rembang tengah serius menekan angka kemiskinan hingga menjadi 11% pada tahun 2021, dan mengenalkan produk-produk UMKM-nya hingga menjadi produk unggulan pendukung pertumbuhan ekonomi di Kabupaten yang jumlahnya penduduknya mencapai 625 ribu jiwa ini. 

Banyak produk unggulan UMKM Rembang, seperti batik tulis Lasem yang sudah mulai berkembang dengan pesat, juga ada hasil kerajinan yang berasal dari kulit ikan pari, kulit biawak, dan kulit ular, selain itu kerajinan berbahan keramik, kayu, kuningan dan lainnya yang kini mulai berkembang. 

Produk-produk tersebut semakin diminati karena keunikannya, dan banyak diserap oleh hotel-hotel di Bali dan daerah lainnya di Indonesia, serta produk kerajinan yang menggambarkan maraknya pertumbuhan ekonomi kreatif di Kabupaten yang berbatasan langsung dengan Propinsi Jawa Timur ini. 

Untuk semakin meningatkan keterserapan produk UMKM Rembang, pemerintah Kabupaten Rembang akan membuat event pagelaran kesenian Rembang dan expo atau pameran produk UMKM Rembang di Jakarta pada tanggal 27-28 September 2018 mendatang. 

Hal tersebut diungkapkan oleh Hj. Hasiroh Hafidz yang merupakan istri dari Bupati Rembang yang sekaligus juga ketua Dekranasda Kabupaten Rembang Jawa Tengah yang meluncurkan The Art Of Rembang di sela-sela pagelaran Jakarta Modest Fashion Week 2018 di Jakarta. 

Tujuan dari diadakannya The Art of Rembang ini adalah untuk mengenalkan potensi UMKM Rembang kepada warga Jakarta, masyarakat Indonesia dan dunia. 

 “Agar mereka semua tahu akan produk unggulan Rembang yang layak dipakai, digunakan dan dibeli sehingga pertumbuhan ekonomi akan pesat di Rembang,” katanya, Jakarta, 30 Juli 2018.
 
Selain itu, perhelatan The Art of Rembang diharapkan dapat menumbuhkan minat wisata dan mengeksplorasi nilai ekonomi kreatif yang ada di Kabupaten Rembang. 

“Walaupun sudah ada upaya untuk memasarkan produk UMKM Rembang ke Luar negeri seperti Jepang dan Negara lainnya kami merasa perlu harus memaksimalkan eksistensi produk-produk asli Rembang untuk keluar dan membuat kegiatan di berbagai daerah dalam koridor The Art of Rembang ini, rencana akan buat road show juga, tapi kami buat dulu di Jakarta, agar upaya memasarkan produk Rembang terus berjalan dengan menggandeng fasion desainer ternama untuk ikut berpartisipasi membuat motif batik tulis Lasem yang beragam dan fashionable,” katanya. 

Menurut Hj. Hasiroh, bahwa kendala pengembangan ekonomi kreatif di Rembang adalah soal pemasaran. 

“Perajin sudah bisa memproduksi produk yang unik dan berkualitas tinggi, tapi pemasaran yang belum begitu baik dan serius, kalau kita punya hasil banyak tapi pemasarannya tidak bagus ini yang akan membuat perajin malas untuk bekerja. Karena itu kita akan selalu menciptakan pasar dan kami akan lakukan kegiatan expo produk UMKM  dalam The Art of Rembang ini akan rutin dilakukan, sehingga masyarakat akan tahu keunggulan produk UMKM Rembang yang tidak kalah dengan daerah lainnya di Indonesia,” katanya.

Kunjungan Wisatawan Meningkat

Target dari pelaksanaan The Art of Rembang ini juga diharapkan dapat meningkatkan kunjungan wisata ke Rembang. Selama ini, kata Hj. Hasiroh, masyarakat Indonesia lebih mengenal Solo, Jogjakarta, dan beberapa daerah di Jawa Tengah. 

Padahal Kabupaten Rembang mempunyai beberapa destinasi wisata yang tak kalah menariknya seperti hutan mangrove, museum RA kartini, makam RA Kartini, dan Pantai Dampo Awang, Pantai Karang Jahe, Pantai Caruban Lasem, Pantai Jatisari, Petilasan Sunan Bonang, Karangsari Park, dan kawasan pecinan Heritage dengan bangunan Klenteng tertua di Jawa yang unik.

 “Ini harus diekspose dan disebarluaskan agar masyarakat Indoneisa mengetahui Rembang itu punya kawasan wisata yang unik dan menarik,” katanya. 

Terkait dengan pelaksanaan The Art of Rembang ini, hasiroh mengatakan pihaknya mematok target transaksi sebesar Rp 500 juta. Adapun untuk pengunjung expo tidak dipungut biaya, tetapi pertunjukkan Sendratarinya, akan dikenakan harga tiket masuk (HTM). Untuk Tiket VIP sebesar Rp 1,5 juta,  untuk non VIP, HTM-nya Rp 200 ribu.

 “Kalau exponya gratis dan penarinya dari komunitas tari Mahasiswa dan tamu dari kedutaan besar Negara-negara sahabat yang ada di Jakarta,” katanya. 
 
Sebagai informasi, Hasiroh menuturkan bahwa keterlibatan BUMN dengan menggandeng UMKM di rembangs ebagai mitra binaan juga cukup memberikan dampak signifikan bagi pengembangan UMKM di sana.

 “Saat ini tercatat ada 1000 UMKM mitra binaan BUMN seperti Bank BNI, Bank BRI, dan lainnya, yang sering mengajak perajin untuk ikut pameran dan disupport pembiayaan produksinya oleh mereka,” katanya.  

Ada satu hasil kerajinan Rembang yang diproduksi dari material bahan bekas di daerah Krikilan Sumber. Belum lagi Batik Tulis Lasem yang sudah diekspor ke berbagai Negara seperti Belanda, Amerika dan lainnya. 

Menekan Angka Kemiskinan 

Terkait dengan peningkatan ekonomi dan penurunan anagka kemiskinan, Hj. Hasiroh menyatakan bahwa langkahnya mengurangi tingkat kemiskinan di rembang cukup beralasan. 

Karena sebelumnya angka kemiskinan mencapai 25%, saat ini diangka 18,5%, dan sampai akhir masa jabatan tahun 2021 targetnya bisa menyentuh angka 11%. 

Aksi nyata lainnya untuk mengurangi kemiskinan, Pemerintah Kabupaten Rembang bergerak aktif untuk menarik investasi dari luar Rembang, saat ini, imbuhnya, di Rembang ada beberapa pabrik seperti pabrik sepatu, pabrik semen, pabrik gula, bahkan pabrik sepatu juga akan tambah satu lagi, sehingga dengan adanya pabrik-pabrik baru itu keterserapan tenaga kerja dapat terpenuhi dan kesejahateraan masyarakat dapat diwujudkan. 

Saat ini, semua produk lokal Rembang siap menyambut permintaan produk dari masyarakat luas. Hasiroh menambahkan bahwa kapasitas produksi batik Tulis Lasem selama 3 bulan terakhir ini bisa membuat 3500 potong. 

“Itu yang terhitung, tapi yang belum terhitung lebih banyak lagi,” katanya. Corak khas dari batik tulis Lasem adalah lebih dominan warna merahnya. “Ini adalah pengaruh dari budaya cina yang kental di sana, sebab Lasem adalah daerah pertama yang didatangi Cina di Nusantara, jadi wajar jika kultur dan budaya Cina di sana kental dan sudah berasimilasi dengan masyarakat Jawa Asli di Rembang, nah itu bisa dilihat dari wana dan corak batik Tulis Lasem,” katanya. 

Karena maraknya penggunaan batik print atau cetak, dan dikhawatorkan menghilangkan nilai sejarah dari batik, maka Kabupaten Rembang mengeluarkan Peraturan Bupati yang melarang penggunaan teknologi printing untuk batik. 

“Sudah ada pergubnya, untuk melestarikan batik tulis Lasem, dan kegiatan membatik ini juga sudah masuk mulok. Anak kecil di Rembang bisa batik semua, lihat ibunya membatik jadi sudah mahir membatik  sejak kecil,” katanya.
  
Sebagai penghasil batik, beberapa lokasi batik di Rembang cukup terkenal, seperti Kampung Batik Babakan. Harga batik tulis Lasem cukup terjangkau, ada yang harganya Rp 100.000. 

“Melalui kegiataan The Art of Rembang ini, kami akan kenalkan batik tulis Lasem itu murah dan terjangkau, sebenarnya batik itu semakin banyak pewarnaan semakin mahal, ini tulis semua kalau dari Lasem, harganya mulai Rp 100 ribu, 350 ribu, hingga ada yang Rp 500 juta, itu usianya sudah 50 tahun. Kalau batik Lasem, Rembang itu terkenal  dengan warna merahnya penggunaan warna alam,” ujarnya.  

The Art of Rembang juga akan dikuti oleh fashion desaigner ternama seperti Mediana Zein, Sayee, Anisa Hapsari, Dian Pelangi. 

“Mereka juga akan merancang busana berbahan batik tulis Lasem yang cukup terkenal itu dengan paduan corak dan motif yang kekinian dan fashionable, saya optimis event The Art of Rembang akan jadi barometer peningkatan kualitas batik tulis Lasem dan produk UMKM Rembang lainnya,” katanya penuh semangat. Dewi

  • Tags