Mengintip Koleksi HUMBANG SHIBORI X PURANA di Jakarta Fashion Week 2019
BISNISTODAY.COM, Jakarta-Era fast fashion mendefinisikan pakaian ready to wear menjadi semakin murah, membuat konsumen menjadi semakin impulsif dalam berbelanja. Lebih dari satu dekade terakhir, label fast fashion berkompetisi mencetak harga yang lebih murah.
Dampak dari fast fashion ini menyebabkan issue lingkungan hingga upah tenaga kerja. Efek samping yang ditimbulkan oleh industri Fast Fashion menjadi harga yang teramat mahal untuk memproduksi pakaian yang usianya mungkin tidak sampai lima bulan.
Sustainability, eco-friendly dan ethical adalah hal-hal krusial yang sudah seharusnya menjadi bagian dari masa depan fashion.
Dumasi M M Samosir Wongso, Direktur PT Asuransi Sinar Mas, mengatakan, HUMBANG SHIBORI telah berpartisipasi karena semua kain tie-dye diproduksi dengan menerapkan konsep eco fashion, mulai dari pemilihan bahan yang digunakan hingga proses produksi yaitu motif, pewarnaan dan pengolahan limbah.
“Kainnya berbasis serat alam seperti katun, sifon dan sutra. Proses pewarnaan nya pun menggunakan tumbuhan yang berasal dari daerah setempat seperti daun, kayu, kulit kayu dan buah yang sudah tidak dimanfaatkan seperti kulit kopi, kulit jengkol, kayu meranti sisa ketaman kayu untuk furnitur, kulit kayu putih, daun jati, tanaman hisik-hisik dan sanduduk (gamak-gamak) dan masih banyak lagi.
Limbah dari pewarna alam ini dikembalikan ke alam dan menjadi pupuk,” jelas Dumasi, yang juga pembina Rumah Kreatif Sinar Mas di Dolok Sanggul, Kabupaten Humbangan Hasundutan, Sumatera Utara. itu.
PURANA sebagai label fashion juga sudah mengakrabi slow fashion dengan selalu berusaha memberikan porsi terhadap handmade fabric karya artisan kain Indonesia dalam setiap koleksinya.
“Bukan semata demi memberikan lapangan pekerjaan, namun juga hadirnya esensi handmade membuat pengoleksi baju PURANA memberlakukan baju sebagai produk fashion berkualitas dengan esensi seni sehingga layak dikoleksi. Selain itu, PURANA juga mengangkat kehadiran natural dye, dan semakin banyak menggunakan bahan yang lebih ramah lingkungan dengan mengedepankan natural fibers. Kolaborasi dengan HUMBANG SHIBORI adalah sebuah mimpi yang terwujud, sudah lama saya ingin bekerja sama dengan artisan yang berada di luar Jawa, “ungkap Nonita Respati selaku Creative Director PURANA.
Sebanyak 48 koleksi dengan satuan items yang sangat komersil mewarna koleksi HUMBANG SHIBORI X PURANA pada Jakarta Fashion Week 2019. Shibori natural dye karya perajin HUMBANG SHIBORI diolah dengan campuran linen, mewujud menjadi deretan busana bergaya resort yang sangat relaks dan siluetnya sangat memanjakan wanita.
Sederet sizeable item dengan mekanisme sizing yang fleksibel membuat nilai jualnya semakin tinggi. Sejumlah items signature PURANA seperti sarong pants, outerwear jacket, kimono, wrap dress, jumpsuit menghadirkan look yang kasual namun mewah tanpa hadirnya beading ataupun elemen mengilap. Aksen pleats dan origami menjadi twist yang pas dan memanjakan visual, namun tidak berlebihan. Sisa kain diolah menjadi oversized origami dan tote bag besar juga deretan sendal berdetail tassel yang juga dikreasi PURANA. Tassel kembali muncul dalam detail oversized tassel belt stylish yang dibuat dari sisa kain linen.
“Kami berusaha menerapkan zero waste fabric dalam koleksi ini, dan HUMBANG SHIBORI X PURANA ingin menghadirkan koleksi yang masuk akal dan menjual, untuk kemajuan perajin kain dari Humbang Hasundutan,” sambung Dumasi M M Samosir Wongso dan Nonita Respati.
Rumah Kreatif Sinar Mas berharap bahwa dengan berkolaborasi dengan desainer, kain Humbang Shibori dielevasi menjadi fashion item yang memiliki nilai estetika dan komersial, dan dapat diterima pasar regional maupun global, terutama melalui ajang Jakarta Fashion Week yang terkoneksi dengan buyer dan media lokal, regional dan global.
“Semoga nantinya ini memperluas lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan para pegiat Humbang Shibori di Kabupaten Humbang Hasundutan, Sumatera Utara, dan mendukung promosi Danau Toba sebagai salah satu destinasi wisata yang akan dijadikan sebagai Bali kedua oleh Kementerian Pariwisata,” tutup Dumasi Samosir Wongso.
Kolaborasi HUMBANG SHIBORI X PURANA kali ini juga ditambahkan dengan scarf Humbang Batiq, hasil kolaborasi dari Batik Alleira dengan Rumah Kreatif Sinar Mas. Pada bulan Agustus 2018 lalu, Rumah Kreatif Sinar Mas bekerjasama dengan Batik Alleira mengadakan pelatihan membatik bagi peserta yang berasal dari Kabupaten Humbang Hasundutan. Dari pelatihan ini muncul ide untuk membuat batik dengan motif khas Humbang seperti motif kuda Sisingamangaraja XII, ikan ihan, biji kopi, andaliman, dan lain-lain.
HUMBANG SHIBORI adalah kain hasil karya kreatif yang di motif dengan teknik tie-dye (ikat dan celup) atau dalam Bahasa Jepang Shibori. Dengan menggunakan pewarna alam dari kawasan Toba, kain-kain ini dihasilkan oleh pegiat seni ikat celup yang berasal dan tinggal di Kabupaten Humbang Hasundutan, Sumatera Utara, binaan dari Rumah Kreatif Sinar Mas, yang pelatihan awalnya diberikan oleh Merdi Sihombing.
Teknik tie-dye pada masanya telah ada di kawasan Toba tepatnya di daerah Karo dan diaplikasikan pada Ulos dengan nama Uis Batujala (buku karya Sandra Niessen, Legacy In Cloth terbitan tahun 2009. Dalam perkembangannya, teknik ini hilang dan tidak diaplikasikan lagi di Tanah Batak, diperkenalkan kembali oleh Rumah Kreatif Sinar Mas melalui pelatihan tie-dye berbasis eco fashion dan zero waste, di Humbang Hasundutan, Sumatera Utara.
Rumah Kreatif Sinar Mas didirikan sebagai respons terhadap Nota Kesepahaman yang ditandatangani oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dengan Kementerian Pariwisata mengenai Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata melalui Peningkatan Peran Lembaga Jasa Keuangan. PT Asuransi Sinar Mas sebagai Perusahaan yang berada di bawah OJK mendukung kerjasama tersebut dengan melakukan kegiatan Corporate Social Responsibility di Kabupaten Humbang Hasundutan, di antaranya melalui pendirian Rumah Kreatif Sinar Mas sebagai wadah untuk pemberdayaan masyarakat. kormen