Pacific Paint Dukung Kelestarian Wisata Bahari Pantai Natsepa, Maluku

23 December, 2018 Written by dewi Tagged as:

Bisnistoday-Industri pariwisata di Indonesia semakin “seksi”. Wisatawan mancanegara yang datang ke tanah air dari tahun ke tahun pun terus meningkat. Bahkan pariwisata menjadi penyumbang PDB, devisa, serta lapangan kerja paling besar dan mudah dan cepat.

Sektor pariwisata Indonesia sendiri diproyeksikan mampu menyumbang produk domestik bruto sebesar 15 persen di tahun 2019. Yang artinya menghasilkan sekitar Rp 280 triliun bagi devisa negara. Serta dapat menyerap 13 juta tenaga kerja pada 2019.

Industri pariwisata memiliki keunggulan yang tidak dimiliki oleh industri lainnya karena mayoritas kegiatannya berada di sektor jasa dan menyentuh hingga ke level paling bawah masyarakat.

Kekayaan dan budaya merupakan komponen penting dalam pariwisata di Indonesia. Untuk itu baik pemerintah, pihak swasta maupun masyarakat bahu membahu menjaga kelestarian alam dan budaya tanah air.

Adalah PT Pabrik Cat dan Tinta Pacific Paint (Pacific Paint) mendukung kelestarian alam dengan “mempercantik” pantai Natsepa, Maluku Tengah melalui programnya “Mewarnai Bahari”.

Suryanto Tjokrosantoso, Direktur Pacific Paint, mengatakan hal ini sebagai perwujudan rasa syukur atas 75 tahun berdirinya Pacific Paint di tanah air. Dan sebagai bentuk kepedulian Pacific Paint kepada masyarakat dalam program csr (Corporate Social Responsibility).

“Tujuan kami melakukan renovasi serta pengecatan fasilitas yang ada di Pantai Natsepa untuk mempercantik dan meningkatan sektor pariwisata serta perekonomian terutama di wilayah Maluku Tengah. Dalam hal ini kami bekerjasama dengan Pemda Maluku Tengah dan masyarakat sekitar,” ujar Suryanto Tjokrosantoso, Direktur Pacific Paint, saat peresmian New Natsepa Beach, Ambon, 19/12/18.

Lanjut Suryanto, renovasi dan pengecatan dilakukan mulai dari pintu gerbang utama, bibir pantai, hingga kios pedagang kaki lima disekitar pantai menggunakan produk Metrolite cat dinding interior dan eksterior serta Glotex, cat kayu dan besi. Untuk Pola dan desain gambar ditentukan oleh Pacific Paint dengan seni mural dan ornamen yang menyesuaikan dengan kearifan lokal.

Sementara dipilihnya Pantai Natsepa oleh Pacific Paint menurut Suryanto karena pantai tersebut merupakan salah satu icon pariwisata di Provinsi Maluku yang harus dirawat dan diperbaiki. Selain itu ada sekitar 69 pedagang yang umumnya mama-mama (panggilan Ibu) yang menggantungkan hidup dari berdagang rujak di sekitar pantai.

Pantai Natsepa sendiri terletak di Desa/Negeri Suli Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku Tengah, merupakan salah satu obyek wisata di Pulau Ambon yang cukup melegenda. “Belum dibilang ke Ambon jika tidak ke Pantai Natsepa,” imbuh Suryanto sambil tersenyum.

Ditemui di tempat yang sama, Tuasikal Abua, S.H.,Bupati Maluku Tengah, sangat mengapresiasi program sosial ini yang sejalan dengan Visi dalam mewujudkan Maluku Tengah yang lebih Maju, Sejahtera, dan Berkeadilan Dalam Semangat Hidup Orang Basudara.

“Konsep Panorama Warna Warni yang menghasilkan keindahan di Pantai Natsepa sangat selaras dengan filosofi Budaya lokal yakni Pola Hidup Orang Basudara di mana berbagai suku, agama, dan latar belakang sosial ekonomi masyarakat yang sangat majemuk akan selalu menghadirkan keindahan, kenyamanan, serta kebahagiaan, karena masyarakatnya hidup rukun, harmonis dan damai,” ungkap Tuasikal Abua.

Lanjut Tuasikal Abua, bahwa konsep hidup orang basudara dalam konteks keberagaman merupakan salah satu modal sosial dalam menarik wisatawan berkunjung ke daerah ini.

Maluku Tengah sendiri menargetkan jumlah kunjungan wisata mencapai 8 juta orang, sementara di tahun 2019 diyakini mencapai 9 juta dan tahun 2020 akan mencapai 10 juta. Revitalisasi Pantai Natsapa diyakininya akan mendorong tercapainya target tersebut.

“Untuk para sendiri dilakukan selama sekitar enam minggu menggunakan 3 ribu liter cat kayu besi dan lantai merek Glotex dan sekitar 2 ribu liter cat tembok Metrolite,” ujar Suryanto.

“Mewarnai Bahari” bukan yang pertama bagi Pacific Paint di Maluku Tengah. Sebelumnya juga dilakukan di Pulau Buru. Sementara di daerah lain tercatat sejumlah daerah seperti Baubau, Sulawesi Tenggara dengan melakukan pengecatan kampung dan perahu nelayan.

Pengecatan dalam rangka pemberdayaan ekonomi masyarakat juga pernah dilakukan Kota Tangerang yang berhasil merubah sebuah kampung kumuh menjadi kampung wisata bernama Kampung Bekelir.

“Setelah jadi Kampung Bekelir, masyarakat yang sebelumnya bekerja sebagai buruh dan pemulung, berubah profesi menjadi pedagang karena banyak wisatawan yang datang, hal ini mampu meningkatkan kesejahteraan warga setempat,” tutup Suryanto. Dewi

  • Tags